Namanya
Khafa
Senja
menyapa sang malam bersama angin yang berhembus pelan. Aku terduduk di teras
rumah menikmati kendaraan yang lalu lalang . Mengingat saat itu aku pernah
duduk bersama masa laluku disini. Masa lalu yang bisa dibilang memberikan panah api yang menembus dada hingga membakar
tubuhku. Aku masih luka. Sosok enam belas minggu yang lalu meninggalkanku masih
membuat hati remuk redam. Aku mencoba melupakan semua itu, perlahan.
Malam
menyapa, kubuka buku pelajaran Ekonomi. Lalu menggoreskan tinta pada buku mengerjakan
tugas. Pekerjaanku tertunda sebentar setelah mendengar HPku berbunyi karena ada
pesan masuk.
Khafa
Hay aku Khafa, maaf ganggu cuma mau
kenalan, kalau engga boleh ya sudah
Aku
Iya boleh, Khafa siapa?
Khafa
Temannya Samanta.
Bersamaan dengan
itu Samanta mengSMSiku
Samanta
Karina, tadi Khafa minta nomermu, aku kasih , maaf tidak tanya
terlebih dahulu
Aku
Iya engga apa-apa Samanta
Sebenarnya aku tau
siapa Khafa, iya dia siswa kelas XII di SMK Gilipura. Samanta sering cerita tentang
Khafa. Tentang dia menelfon Samanta, tentang dia berantem sama anak SMK Ma’ruf.
Yaa dia Khafa yang dibilang Diandra sok kenal banget di facebook.
Komentar-komentar gitu di statusnya teman-teman Diandra. Sedangkan Tessa aku
tanya dia hanya menjawab “tak kenal”.
Awalnya aku sangat cuek sama Khafa,
SMS-nya sering tidak ku balas. Sekali dibalas aku selalu di lontarkan
pertanyaan, sedang apa? Online terus? Apa aku engga penting? Berulang-ulang dia
menanyakan “apa aku tidak penting?” Disitu
aku berfikir, ada apa? Kenapa Khafa bertanya seperti itu? aku mencoba
menghilangkan rasa keGRan itu. Dan mencoba merespon dan memahami apa tujuan
pertanyaan Khafa yang sering kali dilontarkannya.
Lambat laun aku mulai mengerti. Lewat candaan, celotehan, dan omelannya aku
mulai merasa ada yang berbeda dihatiku. Sosok Khafa mulai bisa merubah hariku
yang sepi menjadi ramai karenanya. Sekarang yang ku tunggu dalam HPku adalah
SMS dari Khafa. Khafa terkesan membuatku penasaran. Waktu itu SMS terus,
sekarang aja jarang. Itu kepribadian Khafa, yang biasa kalau lagi malas SMSan
ya malas. Tidak akan SMS.
Aku
belum pernah bertemu Khafa, namun gambarnya dan suaranya sudah aku lihat dan
dengar. Manusia dengan sejuta impian dengan kata-kata tajam membuat luluh hati
setiap orang itu merupakan manusia yang aku anggap beda dari yang lain. Aku
bisa menyimpulkan bahwa seorang Khafa adalah orang yang sangat-sangat keras, teguh
pendirian, dan mungkin orang yang jujur. Sosoknya berkali-kali menampakkan diri
dalam mimpiku. Aku bingung akan hal ini. Aku belum pernah menemui orang yang
sangat berambisius membahas sesuatu dengan cara seserius itu, tentang segala
hal dia tak mau kalah omongan. Dia sangat sayang kepada kawan-kawannya. Namun
dapat membenci seseorang yang dianggapnya tak searah dengan kehidupannya yang
santai namun tetap mengkritisi sesuatu. Contohnya saja aku, saat aku
berkomentar ria dengan salah satu kakak kelasku di jejaring sosial facebook,
dia bilang begini “Karla jangan berteman
dengannya, aku tau dia anak ga bener. Dia suka nggombal sama cewek-cewek.
Apalagi kamu lugu sekali, paling digombalin dikit udah kepincut. Tapi terserah
Karla, mau berteman sama dia apa engga. Kalau Karla mau tetap berteman sama
dia, engga usah berteman sama Khafa”. Aku ga bisa menyimpulkan secara tegas
tentang kata-kata darinya yang melarang aku berteman dengan kakak kelasku itu.
Apa memang dia sangat membenci kakak kelasku? Atau mungkin dia takut aku dekat
sama kakak kelasku itu?
Aku
sadar hatiku selalu berbicara tentangnya. Namun aku takut kecewa jika terlanjur sayang sama
Khafa. Aku pernah terluka, dulu. Aku tak ingin seperti keledai yang bodoh terjerumus dalam luka yang sama. Khafa
terkadang cuek, terkadang perhatian. Pernah aku kecewa padanya karena dia membuat status di facebook
Sebenarnya aku bingung, milih dia atau
kamu?
Jleebb! Dia?
Siapa? Kamu? siapa? Aku membalasnya
lewat status facebook juga.
Aku yang akan mengalah.
Dia langsung
mengSMSiku.
Khafa
Kamu mau nyerah? Seharusnya kamu buat aku
milih kamu dong, bukannya nyerah gitu. Kamu kira aku milih dia?
Aku
Aku takut kecewa, aku engga mau kecewa
lagi.Aku trauma Fa. Aku yang akan pergi.
Khafa
Aku engga mau ngecewain orang yang sudah
sayang sama aku. Suatu saat aku akan ngasih tau kamu kalau cinta itu bisa buat
kamu lupa sama orang yang pernah nyakitin kamu sebelumnya. Catat itu.
Sontak hatiku
luluh membaca SMS itu. Cewek pada dasarnya gampang luluh sama perkataan cowok. Entah teori dari mana , dari
siapa, engga jelas tapi itu terbukti.
***
Hari
itu hari libur sekolah, bukan hari minggu. Aku, Diandra, Tessa dan Samanta
memanfaatkan hari itu untuk bersenang-senang. Sedikit merefresh otak dengan
menonton film terbaru di bioskop. Kami memilih film “Perahu Kertas”.
Menceritakan seorang cewek bernama Kugi dan Seorang cowok bernama Kinan yang
saling mencintai namun terpisah karena suatu masalah dan dipertemukan kembali
hingga mereka menikah. Kugi dan Kinan, berinisial “KK” , terlintas pikiran “waw
Karla Khafa” tertawa dalam hati dan tersenyum-senyum sendiri. Film Perahu
Kertas ini menjadi inspirasi ceritaku tentang dia. Entah mengapa aku membayangkan
aku adalah Kugi dan Khafa adalah Kinan. Kugi selalu menghanyutkan perahu kertas
berisi surat cinta. Dengan kata-kata yang sedikit gila, tapi itu adanya. Aku
dan teman-teman pulang dengan merasa puas. Seharian kita menonton dan
jalan-jalan. Diperjalanan pulang Handphone bergetar, segera aku membukanya
Papah
Cepat pulang, temanmu menunggumu dirumah.
Aku
Siapa pah?
Ini Karla sedang pulang.
Tanpa ada balasan
lagi dari Papah aku dan kawan-kawan segera pulang. Sampai akhirnya kami sampai
dirumah masing-masing. Ternyata Galang dan Liana yang datang. Mereka kawan
gilaku. Aku senang gila-gilaan bareng mereka. Dan Galang adalah teman dekat
Khafa.Tapi dalam hati aku berfikir ,”kok ga ada Khafa?” Galang segera tanggap
dengan apa yang ada dihatiku, dia menyindiri aku tentang Khafa.
“Eh iya, kok Khafa engga ikut sih? Katanya
tadi mau ikut terus kamu engga bales-bales sms dia.” tanyaku.
“Ya jelas engga dibales orang HPnya Galang
aja mati La” sahut Liana.
Tiba-tiba
Galang beranjak dan berkata “aku akan
menjemputnya”. Aku hanya terbengong-bengong.
Bukan aku yang nyuruh loh. Iya kan?
Gubraaakkkk!
Aku tergesa-gesa
ke kamarku. Sambil berkaca
“aku
belum mandi, muka kucel banget abis jalan-jalan seharian, dan parahnya dia akan
datang!”
Liana
membuntutiku dan dia mengatakan sesuatu yang membuat aku apa adanya.
“Tampillah dengan gaya dan sikapmu sendiri,
kalau kamu jelek ya jelek aja , kalau dia sayang kamu pasti akan melihatmu
tercantik dari bidadari-bidadari di luar sana. Gila ya gila saja, karena itu adalah kamu”
Jleeebbb! Bener
juga! Okey aku tidak akan mandi. Hanya sekedar merapihkan rambut yang
acak-acakan kaya mie temel (orang
Jawa bilang).
Kulihat dia datang, hmm tinggi,
kurus, dan tahi lalat di pipinya yang membuat khas. Aku menyapanya “hay” dia membalas “hay juga” lalu sesaat senyap tak bersuara. Aku diam dia pun diam. Aku
mengajak mereka masuk ke rumah. Dan masih diam. Galang dan Liana
memojok-mojokiku.
“La, diem aja? Udah di samperin kok malah
kaya orang lagi di ajar matematika sama guru killer, fayah”.
Dalam
hatiku mangkel bin sebel “DIAM! DON’T
DISTURB MY SILENCE!”.
Khafa mengSMSiku,
Diem aja La
Aku
Kamu harusnya ngomong duluan biar aku mau
ngomong. Cowok harus memulai.
Khafa
Gender banget sih
La, ya nanti aku teriak-teriak sekalian
:p Oh iya La, aku ada barang murahan yang mau aku kasih ke kamu, kira-kira
Karla mau nerima engga ya?
Aku
Apapun dari kamu aku terima J
Galang
mengetahui apa yang ada dalam hari Khafa. Ingin berdua denganku dan memberikan
apa yang di bawa. Galang mengajak Liana keluar rumahku. Ebuseet! Deg-deg’an
gila! Aku masih terdiam. Dia yang memulai pembicaraan,
“Ini
La barang murahan yang mungkin banyak di jual dipasar, tapi ini khusus untukmu,
kerena ini punya cerita tersendiri” Ungkapnya mengulurkan
boneka merah jambu yang berpitakan bunga mungil dan bantal bertuliskan LOVE di tangannya.
“Terimakasih
Fa, aku suka, jangan bilang ini barang murahan ya, ini akan menjadi barang yang
sangat berharga untukku J” aku
tersenyum dan menerima “Boneka Tersayang” itu.
Kami
duduk bersebelahan mengikuti Liana dan Galang ke luar rumah. Di teras rumahku,
suasana tak setegang tadi saat mulut kami berdua terkunci rapat. Dia bercerita
tentang banyak hal. Bahkan dia melarangku untuk pergi ke suatu waduk di Kota
Kebumen lagi. Katanya banyak orang-orang engga bener disana. Khafa bertanya
tentang teman-teman SMPku, tapi aku bingung kenapa dia menanyakan tentang
“Dewi”. Tapi tak aku curigai begitu mendalam, karena mungkin Khafa dan Dewi tak
ada hubungan apa-apa.
“Karla, coba deh nyanyi” tantang Khafa.
”Engga bisa ah, fals” jawabku.
“Iwan
yang fals aja jadi penyanyi legendaries loh” ungkap Khafa.
“Itu
bukan fals suara, tapi memang namanya Iwan Fals” celotehku.
Tiba-tiba …
Saat tubuhku lemah tak berdaya, disaat
jantungku mulai terasa lemah. Aku inginkan engkaumenamani aku dan andai kau tau
besarnya cintaku sebesar dunia….
Aku menyahut
Saat rambutku kusam dan memutih, disaat ku
tak mampu menggenggam lagi. Aku ingin kan engkau menemani aku, dan andai kau
tau luasnya cintaku seluas samudra….
Aku ingin engkau selalu menemani hidup dan
matiku, aku ingin engkau sla….
“aaaa
payah, engga sampai” ejeknya.
“Orang nadanya tinggi banget, dari pada fals
hayoo” sahutku sambil cemberut.
Kami melanjutkan
candaaan kami. Khafa menanyakan banyak hal sore itu.
“Aku
suka Slank, dan aku Slanker, menurutmu anak-anak slanker itu gimana?”
Aku
menjabab sebisaku, karena aku tidak terlalu tahu tentang Slank dan Slanker-slankernya.
“Kamu
tau ini siapa, aku pengen banget bilang sayang sama dia?” sambil menunjukkan
foto pada wallpaper HPnya.
Kalian tahu siapa itu? itu aku! Di wallpaper
HPnya! Tau gimana senengnya aku? Engga kan? Udah kagak usah ditanya, senengnya
minta ampun deh ! hahaha :D
Sore semakin membenamkan matahari.
Galang, Khafa dan Liana pun pulang, tinggal aku sendiri di kamar bayangin
betapa indahnya senja tadi. Boneka itu, lucu dan itu dari Khafa! Ya , aku
sayang dia! Setelah selesai mandi, HPku berdering, tak lain tak bukan dia SMS.
Khafa
Setelah
ku pikir-pikir , aku akan belajar mencintaimu.
Aku membalasnya
penuh respon yang indah. Hari itu benar-benar hati diaduk-aduk oleh cinta!
***
Hari-hariku penuh dengan pikiran
tentang dirinya. Khafa Khafa dan Khafa. Entahlah mengapa dia tidak memperjelas
hubungan ini. Padahal setiap hari perhatian, padahal setiap hari meyakinkan,
padahal setiap saat bilang kata sayang, dan yang lebih padahal, aku nunggu dia
nembak -_- Kapan ? Aku menunggu. Kenapa
aku begitu yakin suatu saat dia akan membahagiakanku? Kenapa aku begitu yakin
dia yang terbaik bagiku? Entahlah mungkin sayang yang teramat dalam atau
mungkin suatu jawaban yang belum dapat terpecahkan hingga kini.
Besok dia ulang tahun, aku telah
menyiapkan rencana-rencana yang tidak di tuangkan dalam sebuah proposal
kegiatan. Engga perlu kali -_- Aku belum tidur, menahan kantuk yang memerangi
mata dan rasa. Untuk dia yang satu jam dua puluh menit lagi menambahkan umurnya menjadi tujuh
belas tahun. Aku menyiapkan kata-kata yang sangat rumit dan memerlukan waktu
yang lama untuk berfikir. Aku ingin menjadi yang nomer satu mengucapkan Happy birthday untuk insan yang mempunyai tempat yang indah di hatiku.
Aku akan mengucapkannya dengan lima tempat dan cara. SMS, telepon, lewat
Facebook, lewat Twitter, dan secara langsung.
Jam dinding tersenyum memperlihatkan
jarumnya telah bersatu diangka dua belas. Aku memencet tombol kirim pada HP
kesayanganku yang meskipun layarnya berwarna kuning pucat untuk mengirim
kata-kata ucapan yang telah aku rancang tadi. Laporan terkirimpun telah sampai.
Dan sekarang waktunya menelfon manusia tercinta. Dengan kata-kata tak serumit
pesan yang aku kirim aku mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Lanjut step
berikutnya aku ngewall dia di facebook,
dan mantion di twitter. Tinggal satu yang belum terlaksana. Ngucapin langsung.
Karena hari itu hari Jum’at, jadi aku harus sekolah dulu. Dan nanti siang aku
akan member kejutan padanya.
Aku pulang sekolah dengan sangat
tergesa-gesa. Karena kita belum membuat kue untuk Khafa untuk acara ulang
tahunnya. Setelah sampai rumah, aku
langsung melepas sepatu dan berlari menuju kamar sambil berfikir baju apa yang
aku pakai nanti. Hmm baju lengan panjang bergaris-garis ini kurasa cocok dan
sopan, terkesan elegan dan dewasa saat aku memakainya. Okey pukul 12.30 aku dan
kawanku Hayuta tancap gas ke rumah Liana untuk membuat kue, tak lupa ku bawa
kado yang telah kusiapkan jauh hari.
“kuenya
kurang mengembang,kelihatan berkelas walaupun begitu” komentar Liana
setelah jadi kue yang kami buat.
“Yang
penting ini usaha kita sendiri, Khafa pasti tetap suka” Hayuta menyahut.
“Berharap
banget Khafa suka kue buatan kita, aku deg-degkan banget mau ketemu dia, malu
nih. Mana Galang? Setia sudah dibilangin belum suruh mengatuur keadaan disana?”
ucapku.
“Sudah
beres pokoknya, itu dia Galang dateng” jawab Liana.
Kami langsung ke sana, ke rumah
Khafa. Aku membawakan kue sederhana yang tidak mengembang itu. Bersamaan dengan
melelehnya lilin kecil dalam kue aku menyanyikan lagu selamat ulang tahun
untuknya. Khafa nampak kaget dengan semua ini. Ditiupnya lilin-lilin yang
hampir habis dimakan api itu, dan mengucapkan terimakasih kepada semua yang ada
di situ. Aku tersenyum, dia memandangku dan duduk bersebelahan denganku. Galang
tak sabar ingin menyicipi kue yang terlihat elegan itu. Dan Khafa mulai
memotongnya.
“Bagaimana ini?” tanya Khafa.
“Gimana tho? Begini?” tanggapku
menyentuh tangannya yang kebingungan memotong kue.
Ckreek, ckreek,
ckreeeek!!!
Bak bunyi kamera
infotaimen yang mengabadikan setiap gerak-gerik artisnya. Kami berfoto-foto
untuk dijadikan kenang-kenangan. Disana aku hanya terdiam, aku tak banyak
bicara saat itu.
“Karla kenapa diem aja?” bisikannya
menyadarkan lamunanku.
“Engga
apa-apa kok Fa, Cuma malu sama teman-temanmu” jawabku lirih.
Kami seperti sudah pacaran kala itu,
kata-katanya bisa membuatku agaknya tak bisa berkutik. Setiap bait kalimat yang
dia ucapkan seperti peluluh hati yang
beku karena freezer cinta masa lalu yang suram. Tangannya lembut menyentuh
tanganku yang dikatanya bentek-bentek. Iya iya, tangan cewe rata-rata bentek
dan mungil, aku tau kamu gemas. Dia memperhatikan tanganku, lalu berkata
“Potong kukumu yang panjang-panjang
ini, jelek tahu”
Aku
mengiyakan semua kata-kata perintah dari Khafa, seperti terhipnotis oleh
perasaan.
“Geser” dia menyuruhku bergeser
tempat duduk yang kebetulan berukuran agak panjang.
“Geser lagi, lagi” aku menggeserkan
tubuhku perlahan, dan bingung kenapa aku
disuruh geser.
Ternyata dia hanya
ingin menyandarkan kepalanya dipangkuanku, aku faham dia mencari kenyamanan. Dalam hati aku
berkata Tuhan aku mencintainya. Sambil ku belai lembut rambutnya yang
nampak pirang karena ulah nakalnya. Kami tak banyak bercerita sampai akhirnya
aku memutuskan pulang karena factor waktu. Aku masih nyaman di sini, aku tak
ingin enyah dari pandangan matanya. Namun, harus tetap pulang.
***
Akhir-akhir ini Khafa sedikit jauh
dariku. Entah mungkin dia sedang ada masalah. Namun dia tak pernah mau cerita
padaku ataupun kepada teman-temannya. Aku bertanya kepada Galang, mengapa dia
sedikit berubah. Galang hanya menjawab “tidak tau”. Hampir seminggu setelah
ulang tahunnya dia seperti tak peduli lagi denganku. Apa salahku? Mungkinkah
jika dia telah mennghindar dariku? Lalu bagaimana aku dan perasaanku ini yang
terlanjur jatuh sangat dalam pada sosok manusia tercinta itu.
Semangatku hilang pagi ini. Ulangan
harian seperti tak ku fikirkan. Asal nulis jawaban setahuku saja. Bad day! Masih untung ada kawan-kawanku
yang selalu menyemangatiku. Kalau tidak mungkin aku tidak masuk sekolah hari
itu. Hari itu hari Sabtu. Samanta, Tessa dan Diandra berjanji menemani aku malam
ini. Karena kami bukan anak-anak yang suka keluar malam, jadi kami membuat
acara di dalam rumah, yaitu “tidur bersama!” di rumahku. Kami berempat sedang
dilanda kegalauan maksimal, Tessa yang bingung balikan apa engga sama
mantannya, Diandra yang pusing karena ulangan harian akuntansi yang
dikerjakannya parah-parahan, Samanta yang bimbang dengan perkataan mantannya
yang sering bulsyit, dan aku yang tak jelas dengan Khafa. Kami menghibur diri
dengan bernyanyi dan bergitaran ria di kamar. Ditemani bubur sun bayi pengurang
galau dan kuaci anti mewek malam itu sedikit seru. Sedang seru-serunya memakan
kuaci yang mengesalkan konsumennya karena capai mengupasinya, tiba-tiba HPku
bordering, aku angkat telefon dari Khafa.
“Karla, aku minta maaf banget. Aku
sebenarnya dari kemaren sudah punya pacar dan sekarang sudah putus. Aku engga
ingin nyakitin kalian berdua , aku tidak akan menghubungi kalian berdua lagi. Aku minta maaf banget
bikin Karla kecewa dan sakit hati. Semoga Karla memaafkan aku. Aku engga bisa
begini terus. Maaf, sekali lagi maaf” suara telefon yang mematikan perasaan
cewek lemah seperti aku.
“Iya
engga apa-apa” singkat jawabku, besar lukaku.
Seperti terhempaskan
dari lantai tujuh belas sebuah gedung, padahal naik gedung itu dengan susah
payah menapaki beratus-ratus anak tangga. Sakit bukan main! Gila! Air di
pelupuk mata telah kompromi dengan perasaan hati yang di cambuk-cambuk oleh
kejamnya cinta! Kawan-kawanku hanya terdiam dan menyabar-nyabarkan aku dengan
senyuman. Kuluapkan perasaanku yang hancur berkeping-keping ini di facebook.
Dan kalian tahu apa yang aku lihat ketika pertama sign in facebook? Iyah!
Khafa cahya Perdana berpacaran dengan Dewi
Asmarandana
Jleb jleb jleb !!!
Sudah hancur lah aku saat itu. Dewi ? teman SMPku? Yang ditanyakan Khafa saat
awal bertemu denganku. Iya Dewi pacarnya Khafa dan Khafa pacarnya Dewi. Hahaha
jago banget acting tuh orang. Seorang manusia yang suka mengkritisi sesuatu dan
sangat bijaksana dalam mengatakan sesuatu itu menyakiti hatiku! Sudahlah aku
terluka lagi. Dan aku adalah keledai yang bodoh , jatuh ke kesalahan yang sama.
Salah menilai orang. Gampang luluh hati saat mendengar kata manis dari mulut
yang lamis.
Senja kelam ku pandang kala matahari terbenam. Seminggu, sebulan dan
berbulan-bulan ku lewati hidup diiringi sayatan pilu tergores rindu seorang
penipu. Aku kini bagaikan air mineral tanpa O2. Bagai bunga tanpa mahkota. Aku
tak boleh terus-terusan terhanyut dalam ombak lautan cinta yang mengkikis hati.
Melupakan kata-kata bahwa dia akan membuktikan kalau cinta dapat membuatku lupa
akan orang yang menyakitiku. Dia menyakitiku, dan mungkin dia bukanlah cinta
yang baik untukku.
***